( transformasi social dan symbol interaksi manusia dengan alam )
Upacara Ngantar Tumpang Negeri merupakan upacara adat suku bangsa Melayu di Kerajaan Landak yang bertempat di daerah Kecamatan Ngabang Kabupaten Landak. Ngantar Tumpang Negeri adalah salah satu upacara yang biasanya dilakukan pada akhir atau awal tahun, sejak tahun 2001 kegiatan Ngantar Tumpang Negeri yang berdekatan dengan tanggal Pengukuhan Pangeran Ratu yang jatuh setiap tanggal 24 Januari. Sebelum mengantar tumpang, masyarakat melakukan ziarah ke makam ke Raja Abdul Kahar atau Ismahayana, biasa disebut juga Iswara Mahayana. yang merupakan pendiri kerajaan Landak. Makam itu terletak di desa Mungguk. Acara diikuti kerabat kerajaan, pemuka agama dan masyarakat. Ziarah ini bertujuan untuk menghormati sang mendiang raja sebagai pendahulu dan orang yang berjasa besar. Selain itu, ziarah ini juga bisa dimaknai sebagai peringatan bahwa setinggi apapun derajat manusia di dunia, dia akan tetap merasakan mati.
Bahan-bahan yang dipakai untuk melaksanakan upacara adat ini adalah Seperangkat bunga rampai, Seperangkat air cendana, Sejumlah setanggi wangi, Kendaraan angkut perairan, 40 Ekor ayam kampung jantan muda yang dipanggang, 35 ayaman daun kelapa berbentuk keranjang, seperangkat jajanan pasar, Nasi pulut aneka warna, Nasi pulut rasul, Dupa menyan, Seperangkat kapal-kapalan lengkap, Seekor ayam hidup,
Empat puluh tumpang dilarung ke segala penjuru negeri. Satu diantaranya diberi nama Tumpang Agung. Semua tumpang diantar serentak, menuju pertemuan muara sungai, persimpangan jalan, rumah tua bersejarah, dan ke 10 kecamatan di Kabupaten Landak. Prosesi mengantar tumpang dilakukan antara pukul 15.00-17.00. Khusus untuk Tumpang Agung, dilarung dari muara keraton, menuju hilir sungai Landak.
Setiap tumpang terdiri dari seekor ayam kampung jantan yang telah dipanggang, anyaman daun kelapa muda berbentuk keranjang, seperangkat jajanan pasar, nasi pulut aneka warna, pulut rasul, setanggi wangi dan dupa menyan.
Transformasi sosial Tumpang Negeri
Upacara Tumpang Negeri dipenuhi berbagai persyaratan dan spiritualitas. Bila syarat tidak dilaksanakan, dipercaya dapat menimbulkan akibat tak diinginkan. Salah satu contoh, ayam yang digunakan untuk upacara, harus ayam kampung. Yang merupakan perlambang dan mempunyai sifat, selalu berusaha mencari makan sepanjang hari. Dan itu dilakukan semenjak subuh hari. Begitupun manusia dalam menjalani hidupnya, harus berusaha mandiri. Tidak perlu menunggu disantuni, atau mengharap bantuan orang lain, bekerja keras mencari rezeki. Pulut rasul merupakan simbol kerekatan sosial. Bahwa dalam masyarakat, harusnya bersatu seperti pulut. Kenyal dan tidak kaku. Tapi, ia terekat dalam satu kerekatan. Bentuk pulut yang setengah lingkaran menunjukkan kebulatan tekad dan pendapat. Kue tradisional, merupakan wujud dari kesejahteraan, karena kue merupakan makanan tingkat sekunder, sedangkan tingkat primernya adalah nasi. Dengan disertakannya jajanan ini maka diartikan bahwa masyarakat sudah bisa memenuhi kebutuhan primernya masing-masing dan beranjak kepada pemenuhan kebutuhan sekunder..
Upacara ini sebagai manifestasi dari rasa syukur atas nikmat yang dilimpahkan Allah SWT, dan juga merupakan upaya penghindaran malapetaka/bala, pengusiran penyakit dan ketidak beruntungan, permohonan keselamatan dan pengharapan kehidupan yang lebih baik dan keberuntungan pada tahun yang akan datang.
Maksud yang lain dari upacara itu ialah untuk meminta maaf juga pada arwah leluhur dan kepada mahluk-mahluk halus atas pelanggaran adat tradisi dan atas kelalaian terhadap kewajiban menghormati para arwah leluhur dan mahluk-mahluk halus tersebut. Dari upacara itu diharapkan agar bala kembali dan diganti dengan pertolongan dan perlindungan sehingga dicapai kehidupan yang aman dan sejahtera, bebas dari ketakutan dan kemiskinan. Atas permintaan itu seluruh penduduk menyampaikan persembahan sebagai rasa hormat dan bakti kepada arwah dan mahluk yang ada. Persembahan itu berupa bahan-bahan kenikmatan, santapan-santapan yang disenangi dan perbekalan untuk kehidupan beberapa waktu lamanya yaitu nasipulut aneka warna. Hal ini menandakan bahwa manusia menyadari eksistensinya di dunia tidak sendirian, melainkan juga “berdampingan” dengan makhluk lain yang tidak kasat mata namun secara sadar mereka akui keberadaannya.
Seperti juga suatu zat, ia pun melebur dan luruh dengan alam. Menjadi satu kesatuan dalam interaksi, baik itu dengan sesame manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan makhluk lain yang tidak tertangkap indera. Padu. Itulah makna filosofi dari acara Tumpang Negeri.
Kearifan lokal merefleksikan, manusia bukanlah mahluk berkuasa. Ketika terjadi bencana alam, manusia tidak bisa menghindar. Menyadari manusia mahluk lemah, supaya manusia menjadi kuat, ia harus berinteraksi dengan alam. Bekerja sama dengan alam, jauh lebih baik daripada menaklukan alam. Sehingga dengan demikian manusia juga akan lebih berhati-hati bertindak terhadap alam, karena ia menyadari dia memiliki ketergantungan kepada alam/lingkungan sekitarnya dan akhirnya melahirkan suatu anggapan mensakralkan alam untuk dijaga dan dilestarikan.
Alam ada dua. Alam gaib dan nyata. Kearifan lokal masyarakat setempat, manusia harus bisa berinteraksi dengan alam gaib. Melalui upacara Tumpang Negeri, masyarakat seolah ingin memberi tahu, bahwa mereka akan melaksanakan perhelatan besar selama setahun.
Tujuannya, supaya semua diberi kemudahan dalam melakukan sesuatu. Yang bertani mengharapkan kemudahan dalam bercocok tanam. Bagi yang bekerja di sektor usaha, dimudahkan dalam berusaha. Dan berbagai kemudahan dalam menjalankan aspek hidup lainnya. Masyarakat menginginkan ”mereka” yang berada di alam gaib ikut menjaga, ketika manusia menggunakan sungai dan menggunakan jalan, tidak diganggu. Bagi sebagian besar masyarakat Kalimantan, sungai merupakan urat nadi kehidupan. Jalur perekonomian dan transportasi.
Acara Tumpang Negeri, mempunyai dua dimensi. Pertama, merupakan suatu doa, supaya terhindar dari segala balak, bencana alam dan penyakit. Kedua, permohonan keselamatan dan kesejahteraan supaya tahun mendatang segala kehidupan akan lebih baik dan sejahtera.
Di luar pemaparan di atas, makna lain yang perlu diambil dari acara Tumpang Negeri adalah persatuan dan persaudaraan di antara manusia, karena dengan acara ini semua masyarakat akan berbondong-bondong berkumpul dan mengikuti acara dengan tertib. Berbaur dengan masyarakat lainnya yang datang dari semua kecamatan yang ada. Meskipun mereka tidak saling kenal namun mereka akan merasa tersatukan oleh adanya kesamaan paham terdahap Tumpang Negeri.
Melihat unsure-unsur pendidikan yang termuat di dalam upacara tumpang negeri, maka sudah seharusnyalah acara ini dilestarikan karena bisa menjadi media pembelajaran kepada masyarakat secara luas dan mengandung nilai-nilai tentang kebaikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar